Minggu, 28 Juni 2015

SEJARAH ALQURAN (Pengertian Alquran)

PENDAHULUAN

Alquran adalah wahyu Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab suci terakhir untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan hidup di akhirat. Alquran adalah sumber pokok dan mata air yang memancarkan ajaran-ajaran Islam.[1]
Alquran adalah sumber pokok ajaran Islam yang berhubungan dengan totalitas kehidupan manusia.[2] Alquran membekali kita dengan berbagai prinsip, kaidah-kaidah umum serta dasar-dasar ajaran Islam. Dasar-dasar ajaran Islam tersebut dapat kita lihat melalui ayat-ayat yang terkandung dalam Alquran. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 9:
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x. ÇÒÈ  
“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
Melalui kandungan ayat-ayat Alquran itulah dapat diuraikan secara garis besar pokok-pokok ajaran yang terdapat di dalamnya. Pokok-pokok ajaran yang akan dibahas pada makalah ini adalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlak, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan.  
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH ALQURAN
1.      Pengertian Alquran
Secara etimologi, kata Alquran mengandung arti bacaan atau yang dibaca. Lafal Alquran berbentuk isim mashdar dengan makna isim maf’ul yakni yang dibaca.[3]
Sedangkan secara terminologi Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
 Dari pengertian ini terdapat beberapa unsur pokok yang menjelaskan hakikat Alquran.
Pertama, bahwa Alquran itu kalam Allah. Ini berarti bahwa apa yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Alquran.[4]
Kedua, bahwa Alquran itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang rasul yang dikenal bergelar al-amin (terpercaya). Ini berarti bahwa wahyu Tuhan yang disampaikan kepada nabi lainnya tidak dapat disebut Alquran.[5]
Ketiga, bahwa Alquran itu disampaikan secara mutawatir. Dalam arti disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-benar wahyu Allah SWT yang terpelihara dari perubahan dan pergantian. Ini berarti bahwa ayat-ayat yang tidak dinukilkan secara mutawatir bukanlah disebut Alquran.[6]
2.    Turunnya Alquran
Alquran diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari kelahiran Nabi.[7] Tentang turunnya pada bulan Ramadhan dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 185:
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$#
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran”
Sedangkan tanggal 17 berdasarkan firman Allah QS. Al-Anfal ayat 41:
 !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqtƒ Èb$s%öàÿø9$# tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$#
“Dan kepada apa  yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”
Yang dimaksud dengan hari furqan ialah hari kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, Yaitu hari bertemunya dua pasukan dalam perang badar pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Sebagian mufassirin berpendapat bahw ayat ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya Alquran pada malam 17 Ramadhan walaupun tidak dalam tahun yang sama.[8]
Ayat-ayat Alquran yang pertama diturunkan ialah surat Al-Alaq ayat 1-5, sedangkan ayat yang terakhir diturunkan terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3.
Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari sehingga lengkaplah isi Alquran sebanyak 6.236 ayat, 114 surat, dan 30 juz.[9] Adapun hikmah diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur yakni memantapkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi celaan dari orang-orang musyrik dan membantu umat Islam untuk membaca dan menghafal Alquran dengan sempurna.[10] 

B.     ALQURAN SEBAGAI SUMBER AJARAN
1.      Pengertian Alquran sebagai Sumber Ajaran
Kitab suci Alquran diturunkan Allah sebagai pedoman hidup  bagi manusia. Apabila manusia mau berjalan sesuai dengan apa yang digariskan oleh Alquran, maka ia akan mencapai kehidupan bahagia di dunia dan keselamatan di akhirat. Alquran mempunyai kedudukan sebagai sumber pokok ajaran Islam yang pertama dan utama.[11] Firman Allah yang menunjukkan keharusan berpegang teguh pada Alquran yakni QS. Ali Imran ayat 103:
t (#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”.
Yang dimaksud “hablullah” oleh mayoritas ulama tafsir dalam ayat tersebut adalah Alquran. Hal ini karena Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, sebagai tali Allah yang tangguh dan dan diperintahkan untuk berpegang teguh padanya.[12]
Alquran dijadikan sebagai sumber utama ajaran Islam karena adanya ayat-ayat Alquran yang menerangkan fungsinya sebagai sumber ajaran Islam. Salah satu contoh ayat Alquran yang menjelaskan hal ini terdapat dalam QS. An-Nahl ayat 89:
 ß$uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³çur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Selain itu, Alquran menjadi sumber ajaran Islam karena berisi ajaran-ajaran yang begitu luas dan dalam. Hukum-hukum yang terkandung di dalamnya lengkap dan selaras dengan tuntutan hati nurani manusia kapan dan dimana saja mereka berada.[13]
Oleh karena itu, Alquran merupakan sendi fundamental dan rujukan pertama bagi semua dalil dan hukum syari’at, merupakan Undang-Undang Dasar, sumber dari segala sumber dan dasar dari semua dasar.[14]
2.      Pokok-Pokok Ajaran dalam Alquran
Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya yang berisi ajaran-ajaran guna menjadi pedoman hidup umat manusia. Ajaran-ajaran itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi berbagai pokok ajaran.
Pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam Alquran, antara lain:
a.      Aqidah
Aqidah adalah kepercayaan. Dalam Islam, aqidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang harus diyakini dalam hati seseorang dengan penuh keimanan. Akan tetapi, aqidah itu tidak bermakna apabila tidak dimanifestasikan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai orang yang mengaku telah beriman.[15]
Dalam Alquran, menurut penelitian Yusuf Al-Qardhawi yang dikutip oleh Abuddin Nata terdapat 70 ayat yang menyertakan iman dengan amal (perbuatan). Amal disini tidak asal perbuatan saja, tetapi yang ditegaskan adalah amal yang baik. Dalam arti luas yaitu melakukan kebaikan untuk keduniaan dan keagamaan, perseorangan dan masyarakat, kehidupan rohani dan kebendaan.[16]
Firman Allah yang merupakan salah satu penjelasan hubungan iman dan amal terdapat dalam QS. Al-Hujurat ayat 15:
$yJ¯RÎ) šcqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç$s?ötƒ (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè%Ï»¢Á9$#
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.
Aqidah atau keimanan bertujuan untuk membersihkan hati dan perbuatan manusia dari syirik atau mengabdi kepada selain Allah. Aqidah adalah awal dan akhir seruan Islam yang merupakan kepercayaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai konsekuansi dari keyakinan ini, maka hanya Allah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk, dan harus dipatuhi.[17]
Berdasarkan ayat-ayat Alquran dapat diketahui bahwa pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini menjadi aqidah seorang Muslim ada enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari kiamat dan iman kepada qadar-Nya yang baik dan tidak baik.[18]
Aqidah akan memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Karena itu pendidikan aqidah sangat penting bagi manusia, terutama bagi generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin bagi agama dan negara.
b.      Ibadah
Secara khusus ibadah berarti hubungan manusia dengan Tuhannya seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah pokok lain. Penggunaan arti khusus ini dikarenakan arti umum dari ibadah mencakup segala hubungan manusia dengan makhluk lain yang dilakukan dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala.[19]
Salah satu perintah untuk menyembah kepada Allah terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 21:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs?  
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Ayat di atas menerangkan pada kita umat manusia bahwa zat yang berhak disembah hanya Allah SWT. Karena menyembah dan mengabdi pada Allah adalah jalan terbaik yang akan menghantarkan kita menjadi orang yang bertakwa.
Dengan demikian, jelas bahwa ibadah merupakan ihwal penting dan wajib dilakukan oleh setiap manusia. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membuat rohani manusia senantiasa ingat kepada-Nya, bahkan selalu dekat dengan-Nya. Keadaan senantiasa dekat dengan-Nya dapat lebih meningkatkan kesucian jiwa. Kesucian jiwa akan dapat menjadi alat kendali hawa nafsu agar tidak melanggar  nilai-nilai moral, peraturan, dan hukum Tuhan.[20]
c.       Muamalah
Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan komunikasi. Komunikasi dengan Allah disebut hablun min Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya disebut hablun min annas seperti silaturahmi, jual beli dan kegiatan masyarakat lain. Hubungan dengan manusia inilah yang disebut dengan muamalah secara umum.[21] Sedangkan secara khusus muamalat berarti hubungan manusia dengan sesamanya yang menyangkut harta benda atau kebutuhan akan harta.[22]
Dalam Alquran banyak diterangkan tentang tata cara bermuamalat di antaranya terdapat dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 282:
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 =çGõ3uø9ur öNä3uZ÷­ 7=Ï?$Ÿ2 ÉAôyèø9$$Î
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya(beradministrasi). Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”
Ayat di atas memberikan pelajaran kepada seorang muslim untuk memperhatikan persoalan administrasi atau menuliskan masalah kredit dengan baik. Sehingga, jika di kemudian hari terjadi kelupaan antara pemberi kredit dan penerima kredit, maka dapat dilihat dalam catatan administrasinya. Hal ini membuktikan bahwa Islam sangat memperhatikan muamalah antara sesama manusia sehingga selalu tercipta kehidupan yang rukun, aman, damai, dan tentram.
d.      Akhlak
Akhlak adalah segala perbuatan manusia yang timbul karena dorongan jiwa yang kuat untuk melakukannya. Perbuatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan dan tidak perlu pertimbangan saat akan melakukannya.[23]
Dengan kata lain, akhlak merupakan bentuk dari suatu keadaan jiwa yang yang benar-benar telah meresap. Dari sini timbul berbagai perbuatan secara spontan, mudah, terus menerus, tanpa dibuat-buat, dan tanpa memerlukan pemikiran atau renungan dan angan-angan.[24]
Dalam sejarah disebutkan bahwa orang yang memiliki akhlak Islam yang sempurna adalah Nabi Muhammad SAW. Alquran sendiri telah menyebutkan bahwa beliau memiliki budi pekerti atau akhlak yang baik dan perlu dicontoh oleh umat manusia. Hal ini terdapat dalam firman Allah QS. Al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Akhlak yang mulia merupakan hasil perpaduan antara akidah dan ibadah. Sehingga, akhlak yang mulia akan mempertebal aqidah dan meningkatkan ibadah. Dengan demikian, aspek akhlak ini menurut Islam sangat penting karena juga berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia dan dan hubungan dengan Tuhan.[25]
e.       Hukum
Hukum adalah titah Allah yang berkenaan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan, maupun larangan. Jika seseorang telah mengamalkan segala titah Allah tersebut maka dia akan menolak berbuat dzalim terhadap sesama manusia maupun sesama makhluk hidup.[26]
Kitab kumpulan hukum Allah disebut dengan Alquran. . Dengan demikian, Alquran meruupakan sumber dalil pokok hukum Islam. Dari ayat-ayat Alquran ditimba norma-norma hukum bagi kemaslahatan umat manusia. Dengan Alquran kita mendapat petunjuk dan bimbingan dalam memutuskan problematika hidup dan kehidupan.[27]
Salah satu contoh ayat Alquran yang mengatur tentang ketentuan hukum terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 105:
!$¯RÎ) !$uZø9tRr& y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î zNä3óstGÏ9 tû÷üt Ĩ$¨Z9$# !$oÿÏ3 y71ur& ª!$# 4 Ÿwur `ä3s? tûüÏZͬ!$yù=Ïj9 $VJÅÁyz
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”.
Kedudukan Alquran sebagai sumber utama atau pokok berarti bahwa ia menjadi sumber dari segala sumber hukum. Hal ini berarti bahwa penggunaan sumber lain harus sesuai dengan petunjuk Alquran dan tidak berbuat hal-hal lain yang berteantangan dengan Alquran.[28]
f.        Sejarah
Alquran memerintahkan umat manusia  agar mempelajari sejarah melalui pendekatan baru yang utuh dan menyeluruh. Sejarah dapat dijadikan sebagai bahan renungan perbandingan untuk dihayati dan diamalkan pesan pendidikan yang terkandung di dalamnya.[29]
Alquran mengandung banyak peristiwa sejarah, kisah para nabi, tokoh-tokoh pendidik, para penguasa, termasuk para pembangkang dan penentang kebenaran agama, dan sebagainya.
Salah satu sejarah yang diterangkan dalam Alquran terdapat dalam firman Allah QS. Al-Furqan ayat 37:
tPöqs%ur 8yqçR $£J©9 (#q礟2 Ÿ@ߍ9$# öNßg»oYø%tøîr& öNßg»oYù=yèy_ur Ĩ$¨Y=Ï9 Zptƒ#uä ( $tRôtGôãr&ur šúüÏJÎ=»©à=Ï9 $¹#xtã $VJŠÏ9r&
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih”.
Contoh di atas menunjukkan dengan jelas tentang kandungan ajaran moral pada kisah yang diungkap dalam Alquran. Berbagai peristiwa sejarah digambarkan secara apa adanya dan orang-orang yang ada dalam sejarah itu dinilai , kemajuannya ditimbang dan dievaluasi atas dasar-dasar standar Tuhan.
Alquran memberikan dorongan untuk mempelajari sejarah dengan cara adil, obyektif, tidak memihak, melalui studi tentang jatuh dan bangunnya umat terdahulu dengan sikap obyektif dan tidak berat sebelah.[30]
g.      Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta pengalaman manusia yang disusun secara seksama dan sistematis sehingga ia merupakan kesatuan utuh yang saling berkaitan.[31]
Alquran bukanlah kitab ilmu alam tetapi Alquran adalah kitab petunjuk dan kitab undang-undang dan perbaikan. Namun ayat-ayatnya tidak terlepas dari petunjuk-petunjuk yang detail dan kebenaran-kebenaran yang samar terhadap masalah alami. Disamping itu, teori- teori ilmiah yang diberikan Alquran pada masa itu belum dikenal dan ilmu pengetahuan modernpun belum menemukan rahasia-rahasianya dan baru menemukannya baru-baru ini.[32]
Salah satu kebenaran ilmiah yang diungkap oleh Alquran terdapat pada QS. Al-Hijr ayat 22:
$uZù=yör&ur yx»tƒÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøŠs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»sƒ¿2
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
Ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa angin bisa memindahkan serbuk jantan pada serbuk betina pohon-pohon yang berbuah. Maka perkawinannya melalui perantara angin dan udara.[33] Ternyata sejak empat belas abad yang lalu hal ini telah diungkapkan secara jelas oleh Alquran. Contoh ini menunjukkan bahwa Alquran dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi umat Islam yang benar-benar mempelajari dan mengkaji Alquran.
Namun, ilmu pengetahuan saja tidak cukup memberikan jaminan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Ilmu pengetahuan harus dilandasi dengan agama, karena tanpa agama dapat membinasakan umat manusia itu sendiri. Seperti penggunaan hasil ilmu pengetahuan untuk penghancuran manusia sehingga mengancam kehidupannya.[34]




PENUTUP

Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi penutup yakni Nabi Muhammad SAW melalui perantara melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan bukti kebenaran Islam. Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari dengan tujuan untuk memantapkan hati nabi dan memudahkan umat Islam untuk menghafalnya.
Salah satu peran penting Alquran adalah sebagai sumber ajaran Islam. Aqidah, ibadah, dan akhlak merupakan contoh dari pokok-pokok ajaran dalam Islam. Ketiga ajaran ini tak dapat dipisahkan. Aqidah atau iman merupakan fondasi kehidupan umat Islam, sedangkan ibadah adalah manifestasi dari iman dan ibadah berkaitan erat dengan pembinaan akhlak mulia.
Selain ketiga contoh di atas, pokok-pokok ajaran lain yang terdapat dalam Alquran yakni muamalah, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Alquran memang bukan buku tentang muamalah, kitab ilmu hukum, buku sejarah maupun kitab ilmu pengetahuan. Namun Alquran mampu menguraikan setiap ajaran tersebut dengan caranya sendiri. Inilah yang menjadi alasan bahwa Alquran adalah sumber ajaran Islam yang mampu menghantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.








[1]Siti Amanah, Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir, (Semarang: Asy Syifa, 1991), h. 1
[2]Abuddin Nata, Alquran dan Hadits,  (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet ke-7, h. 157
[3] Rif’at Syauqi  Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 34
[4] Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), cet ke-1, h. 10
[5] Abuddin Nata, op.cit., h. 56
[6] Ibid., h. 57
[7] Ismail Muhammad Syah,  Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet ke- 2,  h. 26
[8] Ibid., h. 27
[9] Sobri, Mengkaji Quran Hadits,  (Jakarta:  Akik Pusaka,  2006),  h. 16
[10] Ismail Muhammad Syah, loc. cit.
[11]Sobri, op. cit., h. 32
[12]Ibid.
[13]Ibid., h. 38
[14] Sulaiman Abdullah, loc.cit.
[15] Sobri, op. cit., h. 38
[16] Abuddin Nata, op. cit., h. 32
[17]Ibid., h. 33
[18] Sobri, op. cit., h. 39
[19] Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-3, h. 92
[20] Abuddin Nata, op. cit., h. 43
[21] Sobri, op. cit., h. 40
[22]Ismail Muhammad Syah, op. cit., h. 35
[23]Abuddin Nata, op. cit., h. 36
[24]Ibid., h.37
[25]Sobri, op. cit., h. 42
[26] Umar Shihab, Kontekstualitas Alquran, (Jakarta: Penamadani, 2005), cet ke-3, h. 333
[27] Fathurrahman Djamil, op. cit., h. 82
[28] Ismail Muhammad Syah, op. cit., h. 36
[29] Abuddin Nata, op. cit., h. 146
[30]Ibid.,  h. 150
[31]Ibid.,  h. 118
[32] Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Studi Alquran  (Bandung, Alma’arif, 1996), cet ke- 4 h. 156
[33] Ibid., h. 163
[34]Sobri, op. cit., h. 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar