PENDAHULUAN
Alquran adalah wahyu Allah yang telah
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab suci terakhir untuk dijadikan
petunjuk dan pedoman hidup dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan hidup
di akhirat. Alquran adalah sumber pokok dan mata air yang memancarkan
ajaran-ajaran Islam.[1]
Alquran adalah sumber pokok ajaran Islam
yang berhubungan dengan totalitas kehidupan manusia.[2]
Alquran membekali kita dengan berbagai prinsip, kaidah-kaidah umum serta
dasar-dasar ajaran Islam. Dasar-dasar ajaran Islam tersebut dapat kita lihat
melalui ayat-ayat yang terkandung dalam Alquran. Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-Isra ayat 9:
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 Ïf ãPuqø%r& çÅe³u;ãur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷èt ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZÎ6x. ÇÒÈ
“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
Melalui kandungan ayat-ayat Alquran itulah
dapat diuraikan secara garis besar pokok-pokok ajaran yang terdapat di
dalamnya. Pokok-pokok ajaran yang akan dibahas pada makalah ini adalah aqidah,
ibadah, muamalah, akhlak, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH ALQURAN
1.
Pengertian Alquran
Secara etimologi, kata Alquran mengandung
arti bacaan atau yang dibaca. Lafal Alquran berbentuk isim mashdar dengan makna
isim maf’ul yakni yang dibaca.[3]
Sedangkan
secara terminologi Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan suatu
ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
Dari pengertian ini terdapat beberapa unsur
pokok yang menjelaskan hakikat Alquran.
Pertama,
bahwa Alquran itu kalam Allah. Ini berarti bahwa apa yang disampaikan Allah
kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh nabi dengan
ibaratnya sendiri tidaklah disebut Alquran.[4]
Kedua,
bahwa Alquran itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang rasul yang
dikenal bergelar al-amin (terpercaya). Ini berarti bahwa wahyu Tuhan yang
disampaikan kepada nabi lainnya tidak dapat disebut Alquran.[5]
Ketiga,
bahwa Alquran itu disampaikan secara mutawatir. Dalam arti disampaikan oleh
sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-benar wahyu Allah SWT yang
terpelihara dari perubahan dan pergantian. Ini berarti bahwa ayat-ayat yang
tidak dinukilkan secara mutawatir bukanlah disebut Alquran.[6]
2. Turunnya Alquran
Alquran
diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadhan tahun
ke-40 dari kelahiran Nabi.[7]
Tentang turunnya pada bulan Ramadhan dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 185:
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$#
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Alquran”
Sedangkan
tanggal 17 berdasarkan firman Allah QS. Al-Anfal ayat 41:
!$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqt Èb$s%öàÿø9$# tPöqt s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$#
“Dan
kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”
Yang
dimaksud dengan hari furqan ialah hari kemenangan orang Islam dan kekalahan
orang kafir, Yaitu hari bertemunya dua pasukan dalam perang badar pada hari
Jum'at 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Sebagian mufassirin berpendapat bahw ayat
ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya Alquran pada malam 17
Ramadhan walaupun tidak dalam tahun yang sama.[8]
Ayat-ayat
Alquran yang pertama diturunkan ialah surat Al-Alaq ayat 1-5, sedangkan ayat yang
terakhir diturunkan terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3.
Alquran
diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari sehingga
lengkaplah isi Alquran sebanyak 6.236 ayat, 114 surat, dan 30 juz.[9]
Adapun hikmah diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur yakni memantapkan
dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi celaan dari orang-orang
musyrik dan membantu umat Islam untuk membaca dan menghafal Alquran dengan
sempurna.[10]
B. ALQURAN
SEBAGAI SUMBER AJARAN
1. Pengertian
Alquran sebagai Sumber Ajaran
Kitab suci Alquran diturunkan Allah
sebagai pedoman hidup bagi manusia.
Apabila manusia mau berjalan sesuai dengan apa yang digariskan oleh Alquran,
maka ia akan mencapai kehidupan bahagia di dunia dan keselamatan di akhirat. Alquran
mempunyai kedudukan sebagai sumber pokok ajaran Islam yang pertama dan utama.[11]
Firman Allah yang menunjukkan keharusan berpegang teguh pada Alquran yakni QS.
Ali Imran ayat 103:
t
(#qßJÅÁtGôã$#ur
È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ wur (#qè%§xÿs?
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai”.
Yang
dimaksud “hablullah” oleh mayoritas ulama tafsir dalam ayat tersebut adalah Alquran.
Hal ini karena Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, sebagai tali Allah
yang tangguh dan dan diperintahkan untuk berpegang teguh padanya.[12]
Alquran dijadikan sebagai sumber utama
ajaran Islam karena adanya ayat-ayat Alquran yang menerangkan fungsinya sebagai
sumber ajaran Islam. Salah satu contoh ayat Alquran yang menjelaskan hal ini
terdapat dalam QS. An-Nahl ayat 89:
ß$uZø9¨tRur øn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uô³ç ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Selain
itu, Alquran menjadi sumber ajaran Islam karena berisi ajaran-ajaran yang
begitu luas dan dalam. Hukum-hukum yang terkandung di dalamnya lengkap dan
selaras dengan tuntutan hati nurani manusia kapan dan dimana saja mereka
berada.[13]
Oleh karena itu, Alquran merupakan sendi
fundamental dan rujukan pertama bagi semua dalil dan hukum syari’at, merupakan
Undang-Undang Dasar, sumber dari segala sumber dan dasar dari semua dasar.[14]
2. Pokok-Pokok
Ajaran dalam Alquran
Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan
kepada rasul-Nya yang berisi ajaran-ajaran guna menjadi pedoman hidup umat
manusia. Ajaran-ajaran itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi
berbagai pokok ajaran.
Pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam Alquran,
antara lain:
a. Aqidah
Aqidah adalah kepercayaan. Dalam Islam,
aqidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang harus diyakini dalam hati
seseorang dengan penuh keimanan. Akan tetapi, aqidah itu tidak bermakna apabila
tidak dimanifestasikan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai orang yang
mengaku telah beriman.[15]
Dalam Alquran, menurut penelitian Yusuf
Al-Qardhawi yang dikutip oleh Abuddin Nata terdapat 70 ayat yang menyertakan
iman dengan amal (perbuatan). Amal disini tidak asal perbuatan saja, tetapi
yang ditegaskan adalah amal yang baik. Dalam arti luas yaitu melakukan kebaikan
untuk keduniaan dan keagamaan, perseorangan dan masyarakat, kehidupan rohani
dan kebendaan.[16]
Firman Allah yang merupakan salah satu
penjelasan hubungan iman dan amal terdapat dalam QS. Al-Hujurat ayat 15:
$yJ¯RÎ) cqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç$s?öt (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré&
ãNèd cqè%Ï»¢Á9$#
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar”.
Aqidah atau keimanan bertujuan untuk
membersihkan hati dan perbuatan manusia dari syirik atau mengabdi kepada selain
Allah. Aqidah adalah awal dan akhir seruan Islam yang merupakan kepercayaaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai konsekuansi dari keyakinan ini, maka hanya
Allah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk, dan harus dipatuhi.[17]
Berdasarkan ayat-ayat Alquran dapat
diketahui bahwa pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini menjadi aqidah
seorang Muslim ada enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul
Allah, iman kepada hari kiamat dan iman kepada qadar-Nya yang baik dan tidak
baik.[18]
Aqidah akan memberikan kebahagiaan hakiki
pada manusia di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Karena itu
pendidikan aqidah sangat penting bagi manusia, terutama bagi generasi muda yang
kelak akan menjadi pemimpin bagi agama dan negara.
b. Ibadah
Secara
khusus ibadah berarti hubungan manusia dengan Tuhannya seperti shalat, puasa,
dan ibadah-ibadah pokok lain. Penggunaan arti khusus ini dikarenakan arti umum
dari ibadah mencakup segala hubungan manusia dengan makhluk lain yang dilakukan
dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala.[19]
Salah satu perintah untuk menyembah kepada
Allah terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 21:
$pkr'¯»t â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs?
“Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Ayat di atas menerangkan pada kita umat
manusia bahwa zat yang berhak disembah hanya Allah SWT. Karena menyembah dan
mengabdi pada Allah adalah jalan terbaik yang akan menghantarkan kita menjadi
orang yang bertakwa.
Dengan demikian, jelas bahwa ibadah
merupakan ihwal penting dan wajib dilakukan oleh setiap manusia. Semua ibadah
dalam Islam bertujuan membuat rohani manusia senantiasa ingat kepada-Nya,
bahkan selalu dekat dengan-Nya. Keadaan senantiasa dekat dengan-Nya dapat lebih
meningkatkan kesucian jiwa. Kesucian jiwa akan dapat menjadi alat kendali hawa
nafsu agar tidak melanggar nilai-nilai
moral, peraturan, dan hukum Tuhan.[20]
c. Muamalah
Manusia adalah makhluk sosial yang
memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan komunikasi. Komunikasi dengan Allah
disebut hablun min Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah
lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya disebut hablun min annas
seperti silaturahmi, jual beli dan kegiatan masyarakat lain. Hubungan dengan
manusia inilah yang disebut dengan muamalah secara umum.[21]
Sedangkan secara khusus muamalat berarti hubungan manusia dengan sesamanya yang
menyangkut harta benda atau kebutuhan akan harta.[22]
Dalam Alquran banyak diterangkan tentang tata
cara bermuamalat di antaranya terdapat dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat
282:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) LäêZt#ys? AûøïyÎ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 =çGõ3uø9ur öNä3uZ÷ 7=Ï?$2 ÉAôyèø9$$Î
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya(beradministrasi). Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”
Ayat di atas memberikan pelajaran kepada
seorang muslim untuk memperhatikan persoalan administrasi atau menuliskan
masalah kredit dengan baik. Sehingga, jika di kemudian hari terjadi kelupaan
antara pemberi kredit dan penerima kredit, maka dapat dilihat dalam catatan
administrasinya. Hal ini membuktikan bahwa Islam sangat memperhatikan muamalah
antara sesama manusia sehingga selalu tercipta kehidupan yang rukun, aman,
damai, dan tentram.
d. Akhlak
Akhlak adalah segala perbuatan manusia
yang timbul karena dorongan jiwa yang kuat untuk melakukannya. Perbuatan tersebut
dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan dan tidak perlu
pertimbangan saat akan melakukannya.[23]
Dengan kata lain, akhlak merupakan bentuk
dari suatu keadaan jiwa yang yang benar-benar telah meresap. Dari sini timbul
berbagai perbuatan secara spontan, mudah, terus menerus, tanpa dibuat-buat, dan
tanpa memerlukan pemikiran atau renungan dan angan-angan.[24]
Dalam sejarah disebutkan bahwa orang yang
memiliki akhlak Islam yang sempurna adalah Nabi Muhammad SAW. Alquran sendiri
telah menyebutkan bahwa beliau memiliki budi pekerti atau akhlak yang baik dan
perlu dicontoh oleh umat manusia. Hal ini terdapat dalam firman Allah QS.
Al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.
Akhlak yang mulia merupakan hasil perpaduan
antara akidah dan ibadah. Sehingga, akhlak yang mulia akan mempertebal aqidah
dan meningkatkan ibadah. Dengan demikian, aspek akhlak ini menurut Islam sangat
penting karena juga berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia dan dan
hubungan dengan Tuhan.[25]
e. Hukum
Hukum adalah titah Allah yang berkenaan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan, maupun
larangan. Jika seseorang telah mengamalkan segala titah Allah tersebut maka dia
akan menolak berbuat dzalim terhadap sesama manusia maupun sesama makhluk
hidup.[26]
Kitab kumpulan hukum Allah disebut dengan Alquran.
. Dengan demikian, Alquran meruupakan sumber dalil pokok hukum Islam. Dari
ayat-ayat Alquran ditimba norma-norma hukum bagi kemaslahatan umat manusia.
Dengan Alquran kita mendapat petunjuk dan bimbingan dalam memutuskan
problematika hidup dan kehidupan.[27]
Salah satu contoh ayat Alquran yang
mengatur tentang ketentuan hukum terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 105:
!$¯RÎ) !$uZø9tRr& y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î zNä3óstGÏ9 tû÷üt Ĩ$¨Z9$# !$oÿÏ3 y71ur& ª!$# 4 wur `ä3s? tûüÏZͬ!$yù=Ïj9 $VJÅÁyz
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat”.
Kedudukan Alquran sebagai sumber utama
atau pokok berarti bahwa ia menjadi sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
berarti bahwa penggunaan sumber lain harus sesuai dengan petunjuk Alquran dan
tidak berbuat hal-hal lain yang berteantangan dengan Alquran.[28]
f.
Sejarah
Alquran memerintahkan umat manusia agar mempelajari sejarah melalui pendekatan
baru yang utuh dan menyeluruh. Sejarah dapat dijadikan sebagai bahan renungan
perbandingan untuk dihayati dan diamalkan pesan pendidikan yang terkandung di
dalamnya.[29]
Alquran mengandung banyak peristiwa
sejarah, kisah para nabi, tokoh-tokoh pendidik, para penguasa, termasuk para
pembangkang dan penentang kebenaran agama, dan sebagainya.
Salah satu sejarah yang diterangkan dalam Alquran
terdapat dalam firman Allah QS. Al-Furqan ayat 37:
tPöqs%ur 8yqçR $£J©9 (#qç¤2 @ß9$# öNßg»oYø%tøîr& öNßg»oYù=yèy_ur Ĩ$¨Y=Ï9 Zpt#uä ( $tRôtGôãr&ur úüÏJÎ=»©à=Ï9 $¹#xtã $VJÏ9r&
“Dan
(telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami
tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi
manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih”.
Contoh di atas menunjukkan dengan jelas
tentang kandungan ajaran moral pada kisah yang diungkap dalam Alquran. Berbagai
peristiwa sejarah digambarkan secara apa adanya dan orang-orang yang ada dalam
sejarah itu dinilai , kemajuannya ditimbang dan dievaluasi atas dasar-dasar
standar Tuhan.
Alquran memberikan dorongan untuk
mempelajari sejarah dengan cara adil, obyektif, tidak memihak, melalui studi
tentang jatuh dan bangunnya umat terdahulu dengan sikap obyektif dan tidak
berat sebelah.[30]
g. Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta
pengalaman manusia yang disusun secara seksama dan sistematis sehingga ia
merupakan kesatuan utuh yang saling berkaitan.[31]
Alquran bukanlah kitab ilmu alam tetapi Alquran
adalah kitab petunjuk dan kitab undang-undang dan perbaikan. Namun ayat-ayatnya
tidak terlepas dari petunjuk-petunjuk yang detail dan kebenaran-kebenaran yang
samar terhadap masalah alami. Disamping itu, teori- teori ilmiah yang diberikan
Alquran pada masa itu belum dikenal dan ilmu pengetahuan modernpun belum
menemukan rahasia-rahasianya dan baru menemukannya baru-baru ini.[32]
Salah satu kebenaran ilmiah yang diungkap
oleh Alquran terdapat pada QS. Al-Hijr ayat 22:
$uZù=yör&ur yx»tÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»s¿2
“Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
Ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa
angin bisa memindahkan serbuk jantan pada serbuk betina pohon-pohon yang
berbuah. Maka perkawinannya melalui perantara angin dan udara.[33]
Ternyata sejak empat belas abad yang lalu hal ini telah diungkapkan secara
jelas oleh Alquran. Contoh ini menunjukkan bahwa Alquran dapat menjadi sumber
ilmu pengetahuan bagi umat Islam yang benar-benar mempelajari dan mengkaji Alquran.
Namun, ilmu pengetahuan saja tidak cukup
memberikan jaminan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Ilmu pengetahuan
harus dilandasi dengan agama, karena tanpa agama dapat membinasakan umat
manusia itu sendiri. Seperti penggunaan hasil ilmu pengetahuan untuk
penghancuran manusia sehingga mengancam kehidupannya.[34]
PENUTUP
Alquran
adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi penutup yakni Nabi Muhammad SAW
melalui perantara melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan bukti kebenaran
Islam. Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari
dengan tujuan untuk memantapkan hati nabi dan memudahkan umat Islam untuk
menghafalnya.
Salah
satu peran penting Alquran adalah sebagai sumber ajaran Islam. Aqidah, ibadah,
dan akhlak merupakan contoh dari pokok-pokok ajaran dalam Islam. Ketiga ajaran
ini tak dapat dipisahkan. Aqidah atau iman merupakan fondasi kehidupan umat
Islam, sedangkan ibadah adalah manifestasi dari iman dan ibadah berkaitan erat
dengan pembinaan akhlak mulia.
Selain
ketiga contoh di atas, pokok-pokok ajaran lain yang terdapat dalam Alquran
yakni muamalah, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Alquran memang bukan buku
tentang muamalah, kitab ilmu hukum, buku sejarah maupun kitab ilmu pengetahuan.
Namun Alquran mampu menguraikan setiap ajaran tersebut dengan caranya sendiri.
Inilah yang menjadi alasan bahwa Alquran adalah sumber ajaran Islam yang mampu
menghantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
[1]Siti Amanah, Pengantar Ilmu
Alquran dan Tafsir, (Semarang: Asy Syifa, 1991), h. 1
[2]Abuddin Nata, Alquran dan
Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), cet ke-7, h. 157
[3] Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu
Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 34
[4] Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum
Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), cet ke-1, h. 10
[5] Abuddin Nata, op.cit., h. 56
[6] Ibid., h. 57
[7] Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), cet ke- 2, h. 26
[8] Ibid., h. 27
[9] Sobri, Mengkaji Quran Hadits, (Jakarta:
Akik Pusaka, 2006), h. 16
[10] Ismail Muhammad Syah, loc. cit.
[11]Sobri, op. cit., h. 32
[14] Sulaiman Abdullah, loc.cit.
[15] Sobri, op. cit., h. 38
[16] Abuddin Nata, op. cit., h.
32
[18] Sobri, op. cit., h. 39
[19] Fathurrahman Djamil, Filsafat
Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-3, h. 92
[20] Abuddin Nata, op. cit., h.
43
[21] Sobri, op. cit., h. 40
[22]Ismail Muhammad Syah, op. cit.,
h. 35
[23]Abuddin Nata, op. cit., h.
36
[25]Sobri, op. cit., h. 42
[26] Umar Shihab, Kontekstualitas Alquran,
(Jakarta: Penamadani, 2005), cet ke-3, h. 333
[27] Fathurrahman Djamil, op. cit.,
h. 82
[28] Ismail Muhammad Syah, op. cit.,
h. 36
[29] Abuddin Nata, op. cit., h.
146
[32] Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar
Studi Alquran (Bandung, Alma’arif,
1996), cet ke- 4 h. 156
[33] Ibid., h. 163
[34]Sobri, op. cit., h. 43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar