BAB I
PENDAHULUAN
Apabila
Nabi SAW mengucapkan beberapa patah kata maka beliaupun mengulangnya sampai
tiga kali sehingga orangpun menjadi paham olehnya. Begitu juga halnya beliau
apabila datang kepada suatu kaum maka beliau mengucapakan Salam sampai tiga
kali. Pelajaran yang dapat diambil dari Hadits Nabi SAW tersebut adalah apabila
kita mngajarkan ilmu atau berkata untuk kebaikan maka hendaklah mengulanginya
sampai tiga kali agar orang yang mendengarkan kebaikan tersebut melekat dan
selalu teringat sehingga dia pun mampu untuk mengamalkannnya. Apabila datang pada suatu kaum maka ucapkanlah salam
itu sebagaimana yang diperintahkan Nabi SAW.
Pada hadits selanjutnya menjelaskan tentang
memberikan kemudaahan dalam segala hal
dan jangan mempersulitnya. Pelajaran yang dapat diambil dari Hadits ini adalah dalam menuntut ilmu
atau belajar maka hendaklah seorang guru mempermudah pelajaran itu
mengolahnya dengan gaya atau metode yang
dapat membuat siswa faham akan pelajran yang sedang dipelajari.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits
Metode Pendidikan dan Pengajaran
A.
Hadits Pertama
حدثنا عبدة بن عبد الله حدثنا عبد الصمد قال
حدثنا عبد الله بن المثنى قال حدثنا ثمامة بن عبد الله عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم ثم أنه كان إذا تكلم بكلمة أعادها ثلاثا حتى
تفهم عنه وإذا أتى على عليهم سلم عليهم ثلاثا ( رواه البخارى)
Artinya:
“Dari Anas radhiallahu’anhu dari Nabi Shallahu’alaihiwasallam “ Sesungguhnya
Nabi, apabila beliau mengucapkan satu patah kata, di ulangnya sampai tiga kali,
sehingga orang mengerti maksudnya. Apabila Nabi datang kepada satu kaum, beliau member salam kepada
mereka sampai tiga kali.”
Penjelasan Hadits:
Adalah Rasullullah mengulanginya sampai tiga
kali. Maksudnya, Anas menceritakan kebiasaan Rasulullah SAW yang diketahui,
lalu dia member saksi akan hal itu, bukan Nabi yang memberitahunya. Pendapat ini diperkuat dengan
riwayat yang dikeluarkan oleh mushanif pada pembahasan izin, dari hadits ishak
dari Abd Shamad dengan sanad yang serupa dari anas.
(Apabila beliau berbicara) Al Karmani
mengatakan bahwa susunan kalimat seperti ini menurut ulama ushul fiqh (
ushuluyyin), mengisyaratkan bahwa Nabi ketika berbicara selalu mengulang sebanyak tiga kali.
Tujuan nabi mengulanga perkataannya sampai tiga
kali adalah supaya agar dipahami, begitu juga Tirmidzi dan Hakim mengatakan
dalam kitab Al Mustadrak.
Ibnu Munir mengatakan bahwa Imam Bukhari dalam
bab ini bertujuan untuk member peringatan terhadap orang yang enggan mengulangi
pembicaraan , dan beliau mengingkari bahwa orang yang meminta pengulangan
termasuk orang yang bodoh. Kemudian dia mengatakan, bahwa yang benar adalah hal
ini tergantungperbedaan masing-masing tabi’at manusia, makanya tidak tercela
bagi seseorang pendengar yang belum bisa mengingat pada kali pertama untuk meminta
pengulangan. Begitu pulasi pembicara, tidak mengapa tidak mengulangnya kembali,
namun jika dia mengulangnya berarti sebagai penekanan terhadap apa yang di
katakana pada kali pertama.
(Maka beliau member salam kepada mereka) Al
Ismail mengatakan , bahwa hal ini
berkenaan dengan salam untuk meminta
izin (salmul isti’dzan) sebagaimana yang
diriwayatkan abu musa dan lainnya. Hal ini tidak termasuk salam yang
disampaikan oleh orang yang sedang berjalan, karena yang berlaku pada umumnya
hanya satu kali, tidak diulang.
Saya berpendapat bahwa mushannif telah memahami
lafazh ini seperti itu juga, maka beliau mengeluarkan hadits ini dengan hadits
Abu Musa mengenai kisah nabi bersama umar, seperti yang akan dijelaskan pada
bab isti’dzan. Namun ada kemungkinan ketika akan meninggalkan mereka , Nabi
mengulamng salamnya sampai tiga kali beliau takut mereka tidak mendengar salam
sebelumnya. Adapun Al Karmani mengatakan, bahwa kalimat tersebut menunjukkan
istimrar.
Ada sebuah hadits yang artinya:
Dari Abdullah bin Amru, berkata, bahwa Nabi
terlambat dalam suatu perjalanan bersama kami. Ketika eliau dapat menyusul
kami, waktu shalat telah tiba, yaitu shalat ashar dan kami sedang berwudhu.
Agaknya beliau memperhatikan kami, lalu beliau berteriak sekeras-kerasnya. “
Celaka tumit-tumit yang terbakar api neraka. “ ucapan itu diteriakkan dua atau
tiga kali berulang-ulang.
Dalam hadits di atas perawi hadits ragu-ragu,
apakah Nabi Sallallahu’alihi wasallam mengucapkan dua kali atau tiga kali. Hal
ini menunjukkan bahwa pengulangan yang
dilakukan oleh Nabi sebanyak tiga kali itu bukan merupakan suatu keharusan,
namun yang terpenting adalah perkataan atau perintah tersebut dapat dipahami.
Apabila tanpa pengulangan sudah dapat dipahami, maka hal itu tidak perlu dilakukan.
B.
Hadits Kedua
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة
حدثنا وكيع وأبو معاوية ح وحدثنا بن نمير واللفظ له حدثنا أبو معاوية عن الأعمش عن
شقيق قال ثم كنا جلوسا ثم باب عبد الله ننتظره فمر بنا يزيد بن معاوية النخعي
فقلنا أعلمه بمكاننا فدخل عليه فلم يلبث أن خرج علينا عبد الله فقال إني أخبر
بمكانكم فما يمنعني أن أخرج إليكم إلا كراهية أن أملكم إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يتخولنا بالموعظة في
الأيام مخافة السآمة علينا
Artinya:
“Dahulu ibnu mas’ud memberi kajian disetiap hari kamis. Wahai Abu Abdurrahman
sesungguhnya aku ingin agar engkau memberI kajian kepada kami setiap hari. Ibnu
mas’ud menjawab, tidak ada yang menghalangiku untuk melakukannya kecuali di
karenakan aku tidak suka membuat kalian bosan, sesungguhnya aku memilih waktu
yang sesuai dalam memberikan kajian seperti dahulu Rasullah SAW memilih waktu
yang sesuai agar tidak merasa bosan”.
Penjelasan
hadits:
Melihat dari isi hadits tersebut kami
menyimpulkan bahwasanya ada tiga kandungan didalamnya:
1. Anjuran untuk tidak memberikan nasehat secara terus
menerus karena dikhawatirkan akan menyebabkan kebosanan.
2. Memperhatikan waktu yang sesuai dalam
memberikan kajian atau nasehat.
3. Nasehatnya harus jelas agar orang yang
mendengarnya paham dan tidak salah penafsiran.
C. Hadits Ketiga
حدثنا محمد بن بشار قال
حدثنا يحيى بن سعيد قال حدثنا شعبة قال حدثني أبو التياح عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثم يسروا ولا تعسروا
وبشروا ولا تنفروا (رواه البخارى )
Artinya: “Dari Anas bahwa Nabi Saw bersabda,
“Berikan kemudahan dan jangan kalian mempersulit, berilah berita gembira dan
jangan kalian menakut-nakuti.”
Penjelasan
Hadits:
Fa’idah penambahan kalimat adalah penegasan.
Imam nawawi berkata, “ Jika hanya menggunakan
kata “yasurruu”(berilah kemudahan), maka orang yang hanya memberikan
kemudahan sekali dan sering mempersulit orang lain termasuk dalam hadits tersebut.
Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, wa la tu’assiruu (janganlah mempersulit)
dengan maksud untuk mengingatkan, bahwa memberikan kemudahan
Kepada orang lain harus selalu dilakukan dalam
setiap situasi dan kondisi. Demikian puladengan sabda nabi, wa laa “tunaffiru”
setelah “wa basyiruu”.
“wa basyiru”( Dan berilah berita gembira ).
Dalam bab “Adab”, Imam Bukhari meriwayatkan dari Adam, dari Syu’bah dengan dengan menggunakan lafadz “wa sakkinuu”
(berilah ketenangan) yang merupakan antonym (lawan kata) dari “wa laa
Tunaffiruu”. Sebab kata ‘sukuunun’(ketenangan) adalah lawan kata dari
“nufuurun”(meninggalkan), seperti halnya kata “ al basyaratu”( berita gembira)
merupakan lawan dari kata “ annadzararatu”(berita buruk). Akan tetapi karena
menyampaikan kabar buruk pada awal sebuah pengajaran dapat menyebabkan orang
tidak menghiraukan sebua nasehat yang akan diberikan kepadanya, maka kata “al
basyaratu”( berita gembira ) di sini diikuti dengan kata
“tanfiiru”(meninggalkan).
Adapun maksud dari hadits ini adalah:
1. Kita harus berlaku ramah terhadap orang yang
baru memeluk agam islam dan tidak mempersulitnya.
2. Lemah lembut dalam melarang perbuatan maksiat
agar dapat diterima dengan baik
3. Menggunakan metode yang bertahap dalam
mengajarkan suatu ilmu, Karena segala sesuatu bila diawali dengan kemudahan,
maka akan dapat memikat hati dan menambah rasa cinta. Berbeda halnya jika di
awali dengan kesulitan. Wallahu A’lam.[1]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Rosululla
SAW bersabda:
“Dari Anas radhiallahu’anhu dari Nabi
Shallahu’alaihiwasallam “ Sesungguhnya Nabi, apabila beliau mengucapkan satu
patah kata, di ulangnya sampai tiga kali, sehingga orang mengerti maksudnya.
Apabila Nabi datang kepada satu kaum, beliau
member salam kepada mereka sampai tiga kali.”
“Dahulu ibnu mas’ud memberi kajian disetiap
hari kamis. Wahai Abu Abdurrahman sesungguhnya aku ingin agar engkau memberI
kajian kepada kami setiap hari. Ibnu mas’ud menjawab, tidak ada yang
menghalangiku untuk melakukannya kecuali di karenakan aku tidak suka membuat
kalian bosan, sesungguhnya aku memilih waktu yang sesuai dalam memberikan
kajian seperti dahulu Rasullah SAW memilih waktu yang sesuai agar tidak merasa
bosan”.
“Dari Anas bahwa Nabi Saw bersabda, “Berikan
kemudahan dan jangan kalian mempersulit, berilah berita gembira dan jangan
kalian menakut-nakuti.”
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ibnu Hajar Al-Atsqolani. Fathul
Bari. Pustaka Azzam: Jakarta. 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar