Jumat, 19 Juni 2015

Hadits Metode Pendidikan dan Pengajaran



BAB I
PENDAHULUAN

                Apabila Nabi SAW mengucapkan beberapa patah kata maka beliaupun mengulangnya sampai tiga kali sehingga orangpun menjadi paham olehnya. Begitu juga halnya beliau apabila datang kepada suatu kaum maka beliau mengucapakan Salam sampai tiga kali. Pelajaran yang dapat diambil dari Hadits Nabi SAW tersebut adalah apabila kita mngajarkan ilmu atau berkata untuk kebaikan maka hendaklah mengulanginya sampai tiga kali agar orang yang mendengarkan kebaikan tersebut melekat dan selalu teringat sehingga dia pun mampu untuk mengamalkannnya. Apabila  datang pada suatu kaum maka ucapkanlah salam itu sebagaimana yang diperintahkan Nabi SAW.
Pada hadits selanjutnya menjelaskan tentang memberikan kemudaahan  dalam segala hal dan jangan mempersulitnya. Pelajaran yang dapat diambil  dari Hadits ini adalah dalam menuntut ilmu atau belajar maka hendaklah seorang guru mempermudah pelajaran itu mengolahnya  dengan gaya atau metode yang dapat membuat siswa faham akan pelajran yang sedang dipelajari.




























BAB II

PEMBAHASAN


Hadits Metode Pendidikan dan Pengajaran

A.    Hadits Pertama

حدثنا عبدة بن عبد الله حدثنا عبد الصمد قال حدثنا عبد الله بن المثنى قال حدثنا ثمامة بن عبد الله عن أنس عن النبي  صلى الله عليه وسلم  ثم أنه كان إذا تكلم بكلمة أعادها ثلاثا حتى تفهم عنه وإذا أتى على عليهم سلم عليهم ثلاثا ( رواه البخارى)

Artinya: “Dari Anas radhiallahu’anhu dari Nabi Shallahu’alaihiwasallam “ Sesungguhnya Nabi, apabila beliau mengucapkan satu patah kata, di ulangnya sampai tiga kali, sehingga orang mengerti maksudnya. Apabila Nabi datang  kepada satu kaum, beliau member salam kepada mereka sampai tiga kali.”

Penjelasan Hadits:

Adalah Rasullullah mengulanginya sampai tiga kali. Maksudnya, Anas menceritakan kebiasaan Rasulullah SAW yang diketahui, lalu dia member saksi akan hal itu, bukan Nabi yang  memberitahunya. Pendapat ini diperkuat dengan riwayat yang dikeluarkan oleh mushanif pada pembahasan izin, dari hadits ishak dari Abd Shamad dengan sanad yang serupa dari anas.

(Apabila beliau berbicara) Al Karmani mengatakan bahwa susunan kalimat seperti ini menurut ulama ushul fiqh ( ushuluyyin), mengisyaratkan bahwa Nabi ketika berbicara selalu  mengulang sebanyak tiga kali.
Tujuan nabi mengulanga perkataannya sampai tiga kali adalah supaya agar dipahami, begitu juga Tirmidzi dan Hakim mengatakan dalam kitab Al Mustadrak.

Ibnu Munir mengatakan bahwa Imam Bukhari dalam bab ini bertujuan untuk member peringatan terhadap orang yang enggan mengulangi pembicaraan , dan beliau mengingkari bahwa orang yang meminta pengulangan termasuk orang yang bodoh. Kemudian dia mengatakan, bahwa yang benar adalah hal ini tergantungperbedaan masing-masing tabi’at manusia, makanya tidak tercela bagi seseorang pendengar yang belum bisa mengingat pada kali pertama untuk meminta pengulangan. Begitu pulasi pembicara, tidak mengapa tidak mengulangnya kembali, namun jika dia mengulangnya berarti sebagai penekanan terhadap apa yang di katakana pada kali pertama.
           
(Maka beliau member salam kepada mereka) Al Ismail  mengatakan , bahwa hal ini berkenaan dengan salam  untuk meminta izin  (salmul isti’dzan) sebagaimana yang diriwayatkan abu musa dan lainnya. Hal ini tidak termasuk salam yang disampaikan oleh orang yang sedang berjalan, karena yang berlaku pada umumnya hanya satu kali, tidak diulang.

Saya berpendapat bahwa mushannif telah memahami lafazh ini seperti itu juga, maka beliau mengeluarkan hadits ini dengan hadits Abu Musa mengenai kisah nabi bersama umar, seperti yang akan dijelaskan pada bab isti’dzan. Namun ada kemungkinan ketika akan meninggalkan mereka , Nabi mengulamng salamnya sampai tiga kali beliau takut mereka tidak mendengar salam sebelumnya. Adapun Al Karmani mengatakan, bahwa kalimat tersebut menunjukkan istimrar.

Ada sebuah hadits yang artinya:
Dari Abdullah bin Amru, berkata, bahwa Nabi terlambat dalam suatu perjalanan bersama kami. Ketika eliau dapat menyusul kami, waktu shalat telah tiba, yaitu shalat ashar dan kami sedang berwudhu. Agaknya beliau memperhatikan kami, lalu beliau berteriak sekeras-kerasnya. “ Celaka tumit-tumit yang terbakar api neraka. “ ucapan itu diteriakkan dua atau tiga kali berulang-ulang.

Dalam hadits di atas perawi hadits ragu-ragu, apakah Nabi Sallallahu’alihi wasallam mengucapkan dua kali atau tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengulangan  yang dilakukan oleh Nabi sebanyak tiga kali itu bukan merupakan suatu keharusan, namun yang terpenting adalah perkataan atau perintah tersebut dapat dipahami. Apabila tanpa pengulangan sudah dapat dipahami, maka hal itu tidak perlu dilakukan.








B.     Hadits Kedua

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع وأبو معاوية ح وحدثنا بن نمير واللفظ له حدثنا أبو معاوية عن الأعمش عن شقيق قال ثم كنا جلوسا ثم باب عبد الله ننتظره فمر بنا يزيد بن معاوية النخعي فقلنا أعلمه بمكاننا فدخل عليه فلم يلبث أن خرج علينا عبد الله فقال إني أخبر بمكانكم فما يمنعني أن أخرج إليكم إلا كراهية أن أملكم إن رسول الله  صلى الله عليه وسلم كان يتخولنا بالموعظة في الأيام مخافة السآمة علينا

Artinya: “Dahulu ibnu mas’ud memberi kajian disetiap hari kamis. Wahai Abu Abdurrahman sesungguhnya aku ingin agar engkau memberI kajian kepada kami setiap hari. Ibnu mas’ud menjawab, tidak ada yang menghalangiku untuk melakukannya kecuali di karenakan aku tidak suka membuat kalian bosan, sesungguhnya aku memilih waktu yang sesuai dalam memberikan kajian seperti dahulu Rasullah SAW memilih waktu yang sesuai agar tidak merasa bosan”.

Penjelasan hadits:

Melihat dari isi hadits tersebut kami menyimpulkan bahwasanya ada tiga kandungan didalamnya:

1.      Anjuran untuk tidak memberikan nasehat secara terus menerus karena dikhawatirkan akan menyebabkan kebosanan.
2.      Memperhatikan waktu yang sesuai dalam memberikan kajian atau nasehat.
3.      Nasehatnya harus jelas agar orang yang mendengarnya paham dan tidak salah penafsiran.

C.     Hadits Ketiga

  حدثنا محمد بن بشار قال حدثنا يحيى بن سعيد قال حدثنا شعبة قال حدثني أبو التياح عن أنس عن النبي  صلى الله عليه وسلم قال ثم يسروا ولا تعسروا وبشروا ولا تنفروا (رواه البخارى )


Artinya: “Dari Anas bahwa Nabi Saw bersabda, “Berikan kemudahan dan jangan kalian mempersulit, berilah berita gembira dan jangan kalian menakut-nakuti.”


Penjelasan Hadits:

Fa’idah penambahan kalimat adalah penegasan. Imam nawawi berkata, “ Jika hanya menggunakan  kata “yasurruu”(berilah kemudahan), maka orang yang hanya memberikan kemudahan sekali dan sering mempersulit orang lain termasuk dalam hadits tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, wa la tu’assiruu (janganlah mempersulit) dengan maksud untuk mengingatkan, bahwa memberikan kemudahan
Kepada orang lain harus selalu dilakukan dalam setiap situasi dan kondisi. Demikian puladengan sabda nabi, wa laa “tunaffiru” setelah “wa basyiruu”.

“wa basyiru”( Dan berilah berita gembira ). Dalam bab “Adab”, Imam Bukhari meriwayatkan dari Adam, dari Syu’bah dengan  dengan menggunakan lafadz “wa sakkinuu” (berilah ketenangan) yang merupakan antonym (lawan kata) dari “wa laa Tunaffiruu”. Sebab kata ‘sukuunun’(ketenangan) adalah lawan kata dari “nufuurun”(meninggalkan), seperti halnya kata “ al basyaratu”( berita gembira) merupakan lawan dari kata “ annadzararatu”(berita buruk). Akan tetapi karena menyampaikan kabar buruk pada awal sebuah pengajaran dapat menyebabkan orang tidak menghiraukan sebua nasehat yang akan diberikan kepadanya, maka kata “al basyaratu”( berita gembira ) di sini diikuti dengan kata “tanfiiru”(meninggalkan).

Adapun maksud dari hadits ini adalah:
1.      Kita harus berlaku ramah terhadap orang yang baru memeluk agam islam dan tidak mempersulitnya.
2.      Lemah lembut dalam melarang perbuatan maksiat agar dapat diterima dengan baik
3.      Menggunakan metode yang bertahap dalam mengajarkan suatu ilmu, Karena segala sesuatu bila diawali dengan kemudahan, maka akan dapat memikat hati dan menambah rasa cinta. Berbeda halnya jika di awali dengan kesulitan. Wallahu A’lam.[1]





BAB III
PENUTUP
Simpulan
Rosululla SAW bersabda:
“Dari Anas radhiallahu’anhu dari Nabi Shallahu’alaihiwasallam “ Sesungguhnya Nabi, apabila beliau mengucapkan satu patah kata, di ulangnya sampai tiga kali, sehingga orang mengerti maksudnya. Apabila Nabi datang  kepada satu kaum, beliau member salam kepada mereka sampai tiga kali.”

“Dahulu ibnu mas’ud memberi kajian disetiap hari kamis. Wahai Abu Abdurrahman sesungguhnya aku ingin agar engkau memberI kajian kepada kami setiap hari. Ibnu mas’ud menjawab, tidak ada yang menghalangiku untuk melakukannya kecuali di karenakan aku tidak suka membuat kalian bosan, sesungguhnya aku memilih waktu yang sesuai dalam memberikan kajian seperti dahulu Rasullah SAW memilih waktu yang sesuai agar tidak merasa bosan”.

“Dari Anas bahwa Nabi Saw bersabda, “Berikan kemudahan dan jangan kalian mempersulit, berilah berita gembira dan jangan kalian menakut-nakuti.”
















DAFTAR PUSTAKA

Ø  Ibnu Hajar Al-Atsqolani. Fathul Bari. Pustaka Azzam: Jakarta. 2004



[1] Ibnu Hajar Al-Atsqolani. Fathul Bari. (Jakarta: Pustaka Azzam) 2004. hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar