Jumat, 19 Juni 2015



Manajemen embelajaran

            Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas.  Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya
.Reigeluth dan Garfinkel (1993) menjelaskan guru adalah sebagai fasilitator dan manajer pendidikan. Peran ini mensyaratkan sistem yang berbasis sumberdaya, penggunaan kekuatan alat-alat baru berkaitan dengan kemajuan teknologi dari pada berbasis kepada guru.
Tugas profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya murid memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini yaitu belajar dan mengajar di dalam kelas disebut proses pengajaran.
Menurut Davis (1991: 35) peranan guru sebagai manajer dalam proses pengajaran :
1)      Merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar dan mengajar (pengajaran),
2)      Mengorganisasikan, yaitu menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumberdaya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien,
3)      Memimpin, yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran,
4)      Mengawasi, yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pengajaran,. Karena itu harus ada proses evaluasi pengajaran, sehingga diketahui hasil yang dicapai.
Peran guru sebagai manajer melakukan pembelajaran adalah proses mengarahkan anak didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka perubahan tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotor) menuju kedewasaan.
Pembelajaran efektif hanya ada pada sekolah yang efektif, karena itu inti kegiatan sekolah adalah belajar mengajar efektif untuk melahirkan lulusan yang memiliki kepribadian yang baik. Untuk itu perlu dioptimalkan fungsi komponen berikut ini untuk mencapai kualitas efektif. Sekolah efektif memiliki beberapa elemen utama, yaitu: 1) kepemimpinan, 2) lingkungan sekolah, 3) kurikulum, 4) pengajaran di kelas dan manajemen, 5) penilaian dan evaluasi.
Menurut Hoban (Heinich, 1970: 106) manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai peristiwa tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pembelajaran tetapi juga faktor logistik, sosiologi, ekonomis.
Karena sistem manajemen pembelajaran adalah berkenaan dengan teknologi pendidikan yang mana teknologi adalah organisasi terpadu dan kompleks dari manusia, masin, gagasan, prosedur dan manajemen.jadi teori pembelajaran, pengajaran, manajemen pembelajaran adalah ilmu murni, terapan dan sistem. Teori pembelajaran melintasi teori pengajaran yang didalamnya dihubungkan sebagai faktor ke dalam sistem manajemen pembelajaran.
 Pengembangan dalam teori pengajaran telah maju kepada titik pandang yang khusus bidang teknologipendidikan. Sebagai manajer dalam pembelajaran, guru memerlikan kolaborasi yang lebih baik dan kelompok kerja antara para pelajar, mencakup pembelajaran kooperatif dan tutoreal jangka panjang, dari pada sudut pandang tradisional yang menempatkan kerjasama para pelajar cukup dengan seperlunya saja.
  
1.      Konsep pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah proedur dan metode yang ditempuh oleh dosen (pengajar) untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa (peserta didik) melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan konsep diatas ada sejumlah pertanyaan yang perlu mendapat jawaban untuk memperolah kejelasan, yaitu:
a.       Apa: apa yang dilakukan?
b.      Mengapa: tujuan ap yang hendak dicapai?
c.       Siapa: untuk siapa pembelajaran?
d.      Bagaimana: bagaimana belajar aktif dilakukan?
e.       Oleh siapa: siapa yang mengelola proses pembelajaran?
f.       Di mana: di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan?
g.      Kapan: kapan waktu pembelajaran dilaksanakan?
Jawaban tehadap pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan dalam uraian berikut ini.
Pembelajaran menurut suatu proses
            Pembelajaran dilaksanakan pada tahap-tahap yang berlangsung secara berkelanjutan dan bertahap, yakni:
1)      Tahap persiapan
2)      Tahap pelaksanaan
3)      Tahap penilaian
4)      Tahap tindak lanjut
Pada tahap persiapan, disusun suatu desain pembelajaran berdasarkan kurikulum atau program pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya. Pada tahap pelaksanaan, mahasiswa melakukan berbagai kegiatan belajar dengan bimbingan dosen yang melakukan kegiatan mengajar. Tahap penilaian yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa (penilaian diri sendiri). Pada tahap tindak lanjut, dosen merancang prosedur pembelajaran selanjutnya, sedangkan mahasiswa melaksanakan kegiatan penugasan atau penerapan. Tahap-tahap pembelajaran tersebut berlangsung secara heuristik, dan bukan secara algoritmik.
Tujuan pembelajaran  
Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran adalah pada hasil-hasil yang diharapkan, terjadi perubahan, yaitu perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang dirumuskan secara spesifik, operasional, dan bertitik tolak pada perubahan tingkahlaku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Pembelajaran untuk mahasiswa sebagai peserta didik
            Mahasiswa adalah peserta didik. Dalam sistem pendidikan nasional, ditegaskan bahwa
“peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (bab I, pasal 1, butir 6).
            Dalam pengertian ini, terdapat pengakuan bahwa mahasiswa adalah suatu organismeyang hidup dan potensial, sedang berkembang dan ingin berkembang. Secara fisik barangkali pertumbuhannya sudah hampir pada titik maksimal, sedangkan perkembangan psikis terus berlanjut dan maju dengan pesat sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan derajat perilaku awal yang ada dalam dirinya, seperti motivasi, cita-cita, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, yang diperoleh pada tahap perkembangan sebelum dia menjadi mahasiswa. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar mahasiswa diperguruan tinggi.
Pengelola proses pembelajaran
            Proses pembelajaran dibina dan di kelola oleh dosen/ pengajar sebagai tenaga kependidikan yang memiliki kewenangan akademik dan kewenangan mengajar ( akta mengajar IV), serta persyaratan kependidikan dan kemasyarakatan yang harus dipenuhi oleh tenaga pengajar bersangkutan. Oleh karea itu, sangat diharapkan bahkan ditekankan agar setiap tenaga pengajar di perguruan tinggi memiliki ijazah S2 (magister) dengan pengalaman yang cukup luas dalam bidangnya.
Lokasi pembalajaran
            Proses pembelajaran berlangsung baik dilingkungan kampus maupun diluar kampus. Pembelajaran di dalam kampus di laksanakan didalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan, diruang praktek, di lingkungan unit-unit pelaksana teknis, dan dihalaman kampus. Pembelajaran di luar kampus dilaksanakan pada institusi masyarakat, instansi, perusahaan, dan di kelompok-kelompok masyarakat, seperti keluarga dan desa. Pada umumnya, lokasi atau lapangan belajar juga turut menentukan strategi pembelajaran yang akan dipilih dan dilaksanakan oleh dosen.
Waktu pembelajaran
            Pembelajaran di perguruan tinggi dilakukan sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu tertentu, terutama belajar dalam bentuk tatap muka. Masalah waktu tidak terlalu mengikat untuk belajar tak terstruktu.
Penyediaan wktu yang cukup dan pendayagunaannya secara efisien dan efektif turut menentukan bentuk strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada umumnya, pembelajaran di lapangan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu, perhitungan waktu untuk satu SKS praktek ditentukan lebih banyak dibandingkan bobot waktu untuk satu SKS pembelajaran tatap muka dalam kelas.
2.      Teori-teori belajar
Paling tidak, ada tiga teori belajar yang perlu kita kenal, yakni:
a.       Teori belajar mental disiplin
b.      Teoristik belajar behavioristik
c.       Teori belajar gestalt (organismic theory)
Setia psikologi belajar tersebut memiliki konsep dan prinsip-prinsip belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada gilirannya terdapat beberapa titik temu sehingga muncul prinsip-prinsip belajar mengajar serta penerapannya dalam pengajaran manajemen.
1.      Teori belajar mental disiplin memiliki karakteristik:
a.       Belajar berarti menerima saja bahan pelajaran yang yang telah disiapkan secara tuntas oleh pelatih.
b.      Bahan diberikan dalam bentuk perangsang dan dalam diri peserta pelatihan timbul tanggapan-tanggapan.
c.       Tangapan-tanggapan tunduk pada hukum asosiasi dan reproduksi.
d.      Belajar dalam bentuk menghafal fakta-fakta, bukan memahami konsep.  
e.       Peserta pasif dan pelatih aktif mendominasi.
f.       Jiwa peserta perta didik terbentuk sebagai state of mind atau mental state.
g.      Latihan membentuk asosiasi-asosiasi agar resepsinya mantap dan selanjutnya mudah di-recall.
h.       Pengajaran tradisional sangat menyukai teori belajar ini karena dapat menerapkannya dalam proses belajar mengajar, termasuk dalam pengajaran manajemen.
2.      Teori belajar behavioristik memiliki karakteristik:
a.       Belajar berarti menerima stimulus dan memberikan respon. Pelatih menyediakan stimulus dan peserta memberi respon.
b.      Bahan pelajaran diberikan dalam rangakaian stimulus-stimulus yang telah disiapkan oleh pelatih.
c.       Belajar tunduk pada hukum”sharbond theory”
d.      Belajar dalam bentuk conditioning dan reinforcement (penguatan) melalui latihan-latihan.
e.       Peserta umumnya pasif dan pelatih lebih aktif, yang penting terjadi perubahan tingkah laku eksternal.
f.       Tidak dikenal istilah jiwa. Jiwa tidak memilki tingkah laku (behaviour) yang tampak.
g.      Latihan penguatan merupakan teknik belajar utama. Teori ini banyak digunakan khususnya dalam rangka pengajaran keterampilan dan tingkah laku siap pakai, otomatis dan mekanistik.
3.      Teori gestalt (organismic)
Belajar merupakan proses keseluruhan melalui pemahaman reorganisasi pengalaman, pemecahan masalah, siswa aktif yang aspek-aspek intelektual, sosial, emosional, dan personalnya terlihat dalam keseluruhan proses belajar.
      Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a.       Belajar bertitik tolak dari suatu masalah yang perlu dipecahkan.
b.      Bahan pelajaran bersumber dari kehidupan masyarakat.
c.       Kegiatan belajar tunduk pada hukum keseluruhan bukan jumlah bagian-bagian.
d.      Menggunakan pemahaman dan reorganissi pengalaman.
e.       Peserta belajar sebagai satu keseluruhan dan aktif.
f.       Keseluruhan pribadi: intelektual, jasmani, sosial, emosional dan personal telibat dalam proses belajar.
g.      Menggunakan metode problem solving (memecahkan masalah).
h.      Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta memudahkan teori dan praktak.
Berdasarkan beberapa studi dalam teori belajar, maka akan ditmuakan bahwa terdapat dua pihak yang saling berbeda pandangan dan pendekatan mengenai belajar, yakni pendekatan belajar reseptif (penerimaan) dan pendekatan belajar aktif (diskoveri/ inkuiri). Belajar reseptif menempatkan peserta pada kedudukan pasif, hanay menerima hal-hal yang disampaikan oleh pelatih, sedangkan dominasi terletak ditangan pelatih. Peletih yang menentukan segalanya. Sebaliknya pendeatan inkuiri memberikan kesempatan belajar kepada peserta untuk lebih aktif, merumuskan masalah, dan menemukan sendiri jawabannya. Pelatih bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang memungkinkan peserta memecahkan masalahnya sendiri. Pendekatan reseptif lebih menekankan pada perolehan pengetahuan, sedangkan pendekatan inkuiri lrbih menekankan pada perolehan kemampuan berpikir kritis dan logis, serta kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. 
Prinsip-prinsip belajar
Pengertian belajar
            Ada beberapa tafsiran tantang belajar. Suatu pandangan mengemukakan bahwa belajar adalah menghafal pelajaran. Ada lagi yang menafsirkan bahwa belajar adalah melatih daya-daya terdapat dalam diri seseorang supaya daya-daya itu dapat befungsi sebagai mana mestinya, misalnya daya pikir, daya mengingat, dan perasaan.
            Karakteristik rumisan belajar menurut rumusan tersebut adalah:
1)      Belajar merupakan proses perubahan, artinya yang tadinya belum ada menjadi ada; belum mengetahui menjadi mengetahui; tidak srtuju menjadi setuju; tidak dapat melakukan menjadi dapat melakukan suatu tindakan. Ada tahap-tahap kegiatan yang harus dilalui sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik, lebih mampu, lebih mengaetahui, lebih tampil dan sebagainya.
Tingkah laku, merupakan tujuan, arah, dan hasil yang diharapkan,. Tingkah laku tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Tampak, dapat mati dan dapat diatur
b)      Mengandung unsur struktur ( jasmani) dan unsur fungsional (rohani)
c)      Normatif, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
d)     Diperoleh dengan sengaja dan berencana
e)      Terkait dan terpadu dengan tingkah laku lainnya dalam suatu keseluruhan
f)       Memiliki aspek-aspek kognitif, afektif, dan keterampilan (psikomotorik)
Pengalaman dan latihan
Pengalaman merupakan interaksi antara individu dan lingkungan. Semua kegiatan belajar, baik didalam maupun diluar lembaga diklat adalah pengalaman belajar. Latihan merupakan kegiatan berulang-ulang serta sistematis dan bertujuan. Pengalaman belajar dan latihan itulah yang mengembangkan tingkah laku peserta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar