Manajemen
pembelajaran
Guru adalah sebagai seorang manajer
di dalam organisasi kelas. Sebagai
seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya
.Reigeluth
dan Garfinkel (1993) menjelaskan guru adalah sebagai fasilitator dan manajer
pendidikan. Peran ini mensyaratkan sistem yang berbasis sumberdaya, penggunaan
kekuatan alat-alat baru berkaitan dengan kemajuan teknologi dari pada berbasis kepada
guru.
Tugas
profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya murid
memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini
yaitu belajar dan mengajar di dalam kelas disebut proses pengajaran.
Menurut
Davis (1991: 35) peranan guru sebagai manajer dalam proses pengajaran :
1) Merencanakan,
yaitu menyusun tujuan belajar dan mengajar (pengajaran),
2) Mengorganisasikan,
yaitu menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumberdaya belajar mengajar dalam
mencapai tujuan secara efektif dan efesien,
3) Memimpin,
yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran,
4) Mengawasi,
yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan
pengajaran,. Karena itu harus ada proses evaluasi pengajaran, sehingga diketahui
hasil yang dicapai.
Peran
guru sebagai manajer melakukan pembelajaran adalah proses mengarahkan anak
didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka perubahan tingkah laku
(kognitif, afektif dan psikomotor) menuju kedewasaan.
Pembelajaran
efektif hanya ada pada sekolah yang efektif, karena itu inti kegiatan sekolah
adalah belajar mengajar efektif untuk melahirkan lulusan yang memiliki
kepribadian yang baik. Untuk itu perlu dioptimalkan fungsi komponen berikut ini
untuk mencapai kualitas efektif. Sekolah efektif memiliki beberapa elemen
utama, yaitu: 1) kepemimpinan, 2) lingkungan sekolah, 3) kurikulum, 4)
pengajaran di kelas dan manajemen, 5) penilaian dan evaluasi.
Menurut
Hoban (Heinich, 1970: 106) manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai
peristiwa tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pembelajaran
tetapi juga faktor logistik, sosiologi, ekonomis.
Karena
sistem manajemen pembelajaran adalah berkenaan dengan teknologi pendidikan yang
mana teknologi adalah organisasi terpadu dan kompleks dari manusia, masin,
gagasan, prosedur dan manajemen.jadi teori pembelajaran, pengajaran, manajemen
pembelajaran adalah ilmu murni, terapan dan sistem. Teori pembelajaran
melintasi teori pengajaran yang didalamnya dihubungkan sebagai faktor ke dalam
sistem manajemen pembelajaran.
Pengembangan dalam teori pengajaran telah maju
kepada titik pandang yang khusus bidang teknologipendidikan. Sebagai manajer
dalam pembelajaran, guru memerlikan kolaborasi yang lebih baik dan kelompok
kerja antara para pelajar, mencakup pembelajaran kooperatif dan tutoreal jangka
panjang, dari pada sudut pandang tradisional yang menempatkan kerjasama para
pelajar cukup dengan seperlunya saja.
1. Konsep
pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah proedur dan metode yang ditempuh oleh dosen (pengajar)
untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa (peserta didik) melakukan kegiatan
belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan
konsep diatas ada sejumlah pertanyaan yang perlu mendapat jawaban untuk
memperolah kejelasan, yaitu:
a. Apa:
apa yang dilakukan?
b. Mengapa:
tujuan ap yang hendak dicapai?
c. Siapa:
untuk siapa pembelajaran?
d. Bagaimana:
bagaimana belajar aktif dilakukan?
e. Oleh
siapa: siapa yang mengelola proses pembelajaran?
f. Di
mana: di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan?
g. Kapan:
kapan waktu pembelajaran dilaksanakan?
Jawaban
tehadap pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan dalam uraian berikut ini.
Pembelajaran
menurut suatu proses
Pembelajaran dilaksanakan pada
tahap-tahap yang berlangsung secara berkelanjutan dan bertahap, yakni:
1) Tahap
persiapan
2) Tahap
pelaksanaan
3) Tahap
penilaian
4) Tahap
tindak lanjut
Pada
tahap persiapan, disusun suatu desain pembelajaran berdasarkan kurikulum atau
program pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya. Pada tahap
pelaksanaan, mahasiswa melakukan berbagai kegiatan belajar dengan bimbingan
dosen yang melakukan kegiatan mengajar. Tahap penilaian yang dilaksanakan oleh
dosen dan mahasiswa (penilaian diri sendiri). Pada tahap tindak lanjut, dosen merancang
prosedur pembelajaran selanjutnya, sedangkan mahasiswa melaksanakan kegiatan
penugasan atau penerapan. Tahap-tahap pembelajaran tersebut berlangsung secara
heuristik, dan bukan secara algoritmik.
Tujuan
pembelajaran
Pada
hakikatnya, tujuan pembelajaran adalah pada hasil-hasil yang diharapkan, terjadi
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa setelah
berlangsungnya proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap, yang dirumuskan secara spesifik, operasional, dan
bertitik tolak pada perubahan tingkahlaku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Pembelajaran
untuk mahasiswa sebagai peserta didik
Mahasiswa adalah peserta didik.
Dalam sistem pendidikan nasional, ditegaskan bahwa
“peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu
(bab I, pasal 1, butir 6).
Dalam pengertian ini, terdapat
pengakuan bahwa mahasiswa adalah suatu organismeyang hidup dan potensial,
sedang berkembang dan ingin berkembang. Secara fisik barangkali pertumbuhannya
sudah hampir pada titik maksimal, sedangkan perkembangan psikis terus berlanjut
dan maju dengan pesat sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan derajat
perilaku awal yang ada dalam dirinya, seperti motivasi, cita-cita, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman, yang diperoleh pada tahap perkembangan sebelum
dia menjadi mahasiswa. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan
keberhasilan belajar mahasiswa diperguruan tinggi.
Pengelola
proses pembelajaran
Proses pembelajaran dibina dan di
kelola oleh dosen/ pengajar sebagai tenaga kependidikan yang memiliki
kewenangan akademik dan kewenangan mengajar ( akta mengajar IV), serta
persyaratan kependidikan dan kemasyarakatan yang harus dipenuhi oleh tenaga
pengajar bersangkutan. Oleh karea itu, sangat diharapkan bahkan ditekankan agar
setiap tenaga pengajar di perguruan tinggi memiliki ijazah S2 (magister) dengan
pengalaman yang cukup luas dalam bidangnya.
Lokasi
pembalajaran
Proses pembelajaran berlangsung baik
dilingkungan kampus maupun diluar kampus. Pembelajaran di dalam kampus di
laksanakan didalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan, diruang praktek, di
lingkungan unit-unit pelaksana teknis, dan dihalaman kampus. Pembelajaran di
luar kampus dilaksanakan pada institusi masyarakat, instansi, perusahaan, dan
di kelompok-kelompok masyarakat, seperti keluarga dan desa. Pada umumnya,
lokasi atau lapangan belajar juga turut menentukan strategi pembelajaran yang
akan dipilih dan dilaksanakan oleh dosen.
Waktu
pembelajaran
Pembelajaran di perguruan tinggi
dilakukan sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu tertentu, terutama belajar
dalam bentuk tatap muka. Masalah waktu tidak terlalu mengikat untuk belajar tak
terstruktu.
Penyediaan
wktu yang cukup dan pendayagunaannya secara efisien dan efektif turut
menentukan bentuk strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada umumnya,
pembelajaran di lapangan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu,
perhitungan waktu untuk satu SKS praktek ditentukan lebih banyak dibandingkan
bobot waktu untuk satu SKS pembelajaran tatap muka dalam kelas.
2. Teori-teori
belajar
Paling tidak, ada tiga
teori belajar yang perlu kita kenal, yakni:
a. Teori
belajar mental disiplin
b. Teoristik
belajar behavioristik
c. Teori
belajar gestalt (organismic theory)
Setia
psikologi belajar tersebut memiliki konsep dan prinsip-prinsip belajar yang
berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada gilirannya terdapat beberapa titik
temu sehingga muncul prinsip-prinsip belajar mengajar serta penerapannya dalam
pengajaran manajemen.
1. Teori
belajar mental disiplin memiliki karakteristik:
a. Belajar
berarti menerima saja bahan pelajaran yang yang telah disiapkan secara tuntas
oleh pelatih.
b. Bahan
diberikan dalam bentuk perangsang dan dalam diri peserta pelatihan timbul
tanggapan-tanggapan.
c. Tangapan-tanggapan
tunduk pada hukum asosiasi dan reproduksi.
d. Belajar
dalam bentuk menghafal fakta-fakta, bukan memahami konsep.
e. Peserta
pasif dan pelatih aktif mendominasi.
f. Jiwa
peserta perta didik terbentuk sebagai state of mind atau mental state.
g. Latihan
membentuk asosiasi-asosiasi agar resepsinya mantap dan selanjutnya mudah
di-recall.
h. Pengajaran tradisional sangat menyukai teori
belajar ini karena dapat menerapkannya dalam proses belajar mengajar, termasuk
dalam pengajaran manajemen.
2. Teori
belajar behavioristik memiliki karakteristik:
a. Belajar
berarti menerima stimulus dan memberikan respon. Pelatih menyediakan stimulus
dan peserta memberi respon.
b. Bahan
pelajaran diberikan dalam rangakaian stimulus-stimulus yang telah disiapkan
oleh pelatih.
c. Belajar
tunduk pada hukum”sharbond theory”
d. Belajar
dalam bentuk conditioning dan reinforcement (penguatan) melalui
latihan-latihan.
e. Peserta
umumnya pasif dan pelatih lebih aktif, yang penting terjadi perubahan tingkah
laku eksternal.
f. Tidak
dikenal istilah jiwa. Jiwa tidak memilki tingkah laku (behaviour) yang tampak.
g. Latihan
penguatan merupakan teknik belajar utama. Teori ini banyak digunakan khususnya
dalam rangka pengajaran keterampilan dan tingkah laku siap pakai, otomatis dan
mekanistik.
3. Teori
gestalt (organismic)
Belajar
merupakan proses keseluruhan melalui pemahaman reorganisasi pengalaman,
pemecahan masalah, siswa aktif yang aspek-aspek intelektual, sosial, emosional,
dan personalnya terlihat dalam keseluruhan proses belajar.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Belajar
bertitik tolak dari suatu masalah yang perlu dipecahkan.
b. Bahan
pelajaran bersumber dari kehidupan masyarakat.
c. Kegiatan
belajar tunduk pada hukum keseluruhan bukan jumlah bagian-bagian.
d. Menggunakan
pemahaman dan reorganissi pengalaman.
e. Peserta
belajar sebagai satu keseluruhan dan aktif.
f. Keseluruhan
pribadi: intelektual, jasmani, sosial, emosional dan personal telibat dalam
proses belajar.
g. Menggunakan
metode problem solving (memecahkan masalah).
h. Mengembangkan
kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta memudahkan teori dan praktak.
Berdasarkan
beberapa studi dalam teori belajar, maka akan ditmuakan bahwa terdapat dua
pihak yang saling berbeda pandangan dan pendekatan mengenai belajar, yakni pendekatan
belajar reseptif (penerimaan) dan pendekatan belajar aktif (diskoveri/
inkuiri). Belajar reseptif menempatkan peserta pada kedudukan pasif, hanay
menerima hal-hal yang disampaikan oleh pelatih, sedangkan dominasi terletak
ditangan pelatih. Peletih yang menentukan segalanya. Sebaliknya pendeatan
inkuiri memberikan kesempatan belajar kepada peserta untuk lebih aktif, merumuskan
masalah, dan menemukan sendiri jawabannya. Pelatih bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator yang memungkinkan peserta memecahkan masalahnya sendiri.
Pendekatan reseptif lebih menekankan pada perolehan pengetahuan, sedangkan
pendekatan inkuiri lrbih menekankan pada perolehan kemampuan berpikir kritis
dan logis, serta kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Prinsip-prinsip
belajar
Pengertian
belajar
Ada beberapa tafsiran tantang
belajar. Suatu pandangan mengemukakan bahwa belajar adalah menghafal pelajaran.
Ada lagi yang menafsirkan bahwa belajar adalah melatih daya-daya terdapat dalam
diri seseorang supaya daya-daya itu dapat befungsi sebagai mana mestinya,
misalnya daya pikir, daya mengingat, dan perasaan.
Karakteristik rumisan belajar
menurut rumusan tersebut adalah:
1) Belajar
merupakan proses perubahan, artinya yang tadinya belum ada menjadi ada; belum
mengetahui menjadi mengetahui; tidak srtuju menjadi setuju; tidak dapat
melakukan menjadi dapat melakukan suatu tindakan. Ada tahap-tahap kegiatan yang
harus dilalui sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik, lebih mampu,
lebih mengaetahui, lebih tampil dan sebagainya.
Tingkah laku, merupakan
tujuan, arah, dan hasil yang diharapkan,. Tingkah laku tersebut memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Tampak,
dapat mati dan dapat diatur
b) Mengandung
unsur struktur ( jasmani) dan unsur fungsional (rohani)
c) Normatif,
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
d) Diperoleh
dengan sengaja dan berencana
e) Terkait
dan terpadu dengan tingkah laku lainnya dalam suatu keseluruhan
f) Memiliki
aspek-aspek kognitif, afektif, dan keterampilan (psikomotorik)
Pengalaman
dan latihan
Pengalaman
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan. Semua kegiatan belajar, baik
didalam maupun diluar lembaga diklat adalah pengalaman belajar. Latihan
merupakan kegiatan berulang-ulang serta sistematis dan bertujuan. Pengalaman
belajar dan latihan itulah yang mengembangkan tingkah laku peserta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar