BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pembalajaran
PAI yang dilakukan oleh seorang pengajar
Dalam proses pembalajaran yang tersistematis dan terjadi pada setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dan
lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja.
Adapun secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia
yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya pada tingkat
pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta selalu ada usaha berupa latihan.[1 Belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan pembelajaran
merupakan
BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran PAI Dan Manajemen Kelas Yang Efektif
(Sekilas pandangan mengenai
keharusan pendidik dalam memanajemen kelas dengan baik)
1.
Pengartian
Belajar
Belajar adalah suatu proses yang
komplek sebagian dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan,
kecakapan, kebiasaaan serta merupakan beberapa aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.
Tingkah laku sebagai proses dari hasil
belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Adapun
faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yaitu minat dan
perhatiannya motivasi, kebiasaan
usaha dan motivasi serta beberapa faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal
dalam pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua itu sangat mempengaruhi pembelajaran
terutama di lingkungan sekolah yaitu tentang manajemen kelas yang akan
berpengaruh pada proses pembelajaran siswa dalam meningkatkan efektifitas
belajar yang lebih optimal. [2]
2. Peranan Guru Dalam Proses Pendidikan
Agama (Pembelajaran PAI)
Peranan guru sangat penting dalam proses pendidikan dan pendidkan yang berbasis Agama (PAI). Baik buruknya pendidikan tersebut
dipengaruhi bagaimana seorang guru bisa memanifestasikan dan mengaplikasikan
sumbangsihnya ke dalam lembaga pendidikan formal untuk mewujudkan kecerdasan Bangsa
dan cita-cita Negara serta Agama yang dianutnya, sehingga antara guru dan
pendidikan PAI merupakan satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Jika dari
kata “Pendidikan” berarti ada pendidik dan ada yang dididik, maka artinya guru
dan murid. Seorang guru atau pendidik bekerja sesuai dengan kurikulum sekolah,
baik pada tingkat MI/SD, MTs/SMP, MA/SMU. Karena itu, frekuensi pendidikan di
dalam lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang
bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target yang telah ditentukan, dengan
mengacu pada kurikulum PAI yang dijadikan sebagai program pembelajaran. Jika
interaksi antara kurikulum PAI yang diajarkan oleh guru dengan kemampuan murid
dalam menyerap materi itu menjadi satu kesatuan yang utuh, maka target maksimal
akan tercapai secara seimbang.
Dalam kenyataannya yang ada di lapangan
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dewasa ini mutunya masih rentan karena
belum mencapai target yang diinginkan secara memadai khususnya di sekolah umum.
Selain realitas tersebut, ada asumsi bahwa “Dalam kehidupan sekolah sering kita
lihat adanya para guru yang dapat dikatakan tidak berhasil dalam mengajar.
Indikator dari ketidakberhasilan guru adalah prestasi siswa yang rendah, tidak
sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan ini bukan
hanya ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu menguasai materi
bidang studi Agama ketika penyampaian saja, akan tetapi ketidaktahuan guru
dalam me-manage kelas. Hal ini berakibat pada ketidakefektifan
pembelajaran khususnya PAI sehingga kualitas siswa menurun”.[3]
Proses belajar mengajar yang
diselenggarakan di beberapa sekolah MI, MTs, dan MA sebagai pusat pendidikan
formal lebih dimaksudkan untuk
mengarahkan perubahan pada diri siswa sendiri secara terencana baik dari segi kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam interaksi belajar tersebut sangat
dipengaruhi oleh beberapa komponen yang antara lain terdiri atas: murid, guru,
kepala sekolah, materi pelajaran, sarana prasarana (perpustakaan), lingkungan
dan beberapa fasilitas lain yang memenuhi dalam proses pembelajaran
sehingga akan menunjang keefektifan proses pembelajaran.
3. Manajemen Kelas
-
Pengertian
Manajemen Kelas dan Implementasinya
Manajemen adalah suatu
proses dalam mengintegrasikan sumber-sumber (mencakup orang-orang, alat-alat,
media bahan-bahan uang dan sarana semuanya) yang diarahkan dan dikoordinasikan
agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. Sedangkan kelas adalah suatu
satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran
dengan beragam keunikan yang dimiliki baik dalam aspek fisik, psikis, latar
keluarga, bakat dan minat yang kesemua itu perlu ditanggapi secara positif
sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung
dalam kelas, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara efektif dan terarah
sesuai dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Jadi manajemen kelas adalah
suatu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada
seoptimal mungkin mulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan
sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi dan
memantau kemajuan siswa serta mengantisipasi beberapa masalah yang kemungkinan
timbul di kelas tersebut dan mendukung proses interaksi
edukatif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran
khususnya bidang studi PAI, ada hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru.
Guru hendaknya harus pandai dalam Manajemen kelas agar dalam
pembelajaran berjalan secara efektif dan optimal. Adapun ruang lingkup dari
manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian pembelajaran, serta berupa kegiatan administratif
yang mencakup kegiatan prosedural dan organisasional seperti, penataan
ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin kelas,
pengadaan tes, pengorganisasian kelas, pencatatan kelas dan pelaporan.[4]
a. Perencanaaan, adalah serangkaian
rencana yang tersusun secara sistematis yang dilkukan oleh pengajar dalam upaya
untuk memfungsikan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran kedalam perencanaan
operasional untuk mencapai tujuan pengjaran
b. Pelaksanaan, adalah proses
pembelajaran yang berlangsung dalam kelas atau diluar kelas yang dilakukan oleh
guru dan siswa-siswanya dalam upaya mengoperasionalkan perencanaan yang telah
dilakukan oleh guru.
c. dan Penilaian, adalah proses
evaluasi yang dilakukan oleh seoarang pengajar baik diakhir pembelajaran
ataupun saat pemebelajaran berlangsung.
Dengan manajemen kelas ini maka siswa
akan termotivasi dalam pembelajaran terutama pada manajemen Suasana Kelas
yang pada khususnya merupakan modal penting bagi jernihnya pikiran dalam
mengikuti pelajaran, sehingga anak akan
merasa nyaman dan antusias. Dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
kondusif dan suasana yang cenderung rekreatif, maka akan dapat mendorong siswa
untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya.[5]
-
Efektifitas Pembelajaran PAI
Efektifitas adalah ketepatgunaan, hasil
guna dan menunjang tujuan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, dimana seseorang
sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau bereaksi
terhadap kondisi tertentu” Jadi efektifitas pembelajaran PAI adalah
ketepatgunaa dalam proses pembelajaran pendidikan islam yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam
proses pembalajaran . Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Jadi manajemen efektifitas kelas dalam proses pembeljaran PAI adalah suatu
upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin mulai
dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya,
pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi dan memantau kemajuan
siswa serta mengantisipasi beberapa masalah yang kemungkinan timbul di kelas
tersebut dan mendukung proses interaksi edukatif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajran tersebut haruslah mengacu pada ketepatguanaan
metode pembelajaran yang digunakan, strategi yang mampu mengaktifkan sisiwa,
sumber belajar yang memadai, dan materi ajar yang tersrtuktur dan sistematis
yang menjadi bahan belajar dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Peran serta efektifitas pendidikan
Agama Islam di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan
masyarakat haruslah
ditingkatkan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan
baik, maka kehidupan masyarakat akan jauh lebih baik. Akan tetapi melihat fenomena yang terjadi sekarang , seolah-olah
Pendidikan Agama Islam dianggap kurang memberikan kontribusi yang menuju arah
itu tanpa melihat problem sebenarnya pada Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi
setelah ditelusuri ternyata adalah kurangnya seorang guru dalam memerankan
manajemen kelas. Dan memang tidak adil jika harus menimpakan tanggung jawab
atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada Pendidikan
Agama Islam. Sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Apalagi dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tersebut masih terdapat beberapa kelemahan
yang mendorong dilakukannya penyempurnaan yang konsisten. Kelemahan lain,
materi Pendidikan Agama Islam, termasuk materi akhlaq yang lebih terfokus pada
pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif)
serta pembiasaan (psikomotorik).
Salah satu usaha yang dapat dijadikan
sebagai solusi dalam masalah pembelajaran PAI adalah
pengimplementasian manajemen kelas dalam pembelajaran PAI khususnya di
Sekolah sekolah baik tingkat dasar, menengah
dan lanjutan.[6]
-
Pentingnya
Manajemen Kelas Dalam Proses Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan dan pendidikan Islam khusunya. Berbagai
upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia dewasa ini juga terus
berlangsung dan
berkembang. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan untuk mencapainya
adalah peningkatan mutu pendidikan. Untuk peningkatan mutu pendidikan ini
seluruh komponen pendidikan juga perlu ditingkatkan. Selain itu juga dengan
adanya otonomi daerah maka muncul sebuah keputusan baru dalam sektor pendidikan
terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yaitu Manajemen
Berbasis Sekolah. Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien,
para guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas dengan tepat agar
pembelajaran berlangsung secara maksimal, efisien dan efektif.[7] Karena kelas
merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan serta ujung tombak dan
juga basis pendidikan.
[1] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran
Secara Manusiawi (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990), Hlm. 19
[2]Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses
Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), Hlm.54
[4]
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan
Implementasi (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2002), hlm.57
[6] Muhaimin, Paradigma Pendidikan
Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm.164
[7] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset), hlm. 131.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar