Minggu, 28 Juni 2015

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, Sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dalam proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan, baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah (lingkungan), wilayah maupun Nasional.
Semua orang  berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal dan informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan.
Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut  sehingga dalam pengembangan  kurikulum perlu adanya perencanaan dan pengembangan dalam mengaktualisasikan dan menerapkannya dalam lingkungan pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
                                                                                                         







BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yag disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli penddikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsure-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.[1]
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan di gunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau bisa di sebut juga emplementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang di gunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Beberapa prinsip dasar  tersebut yang sangat perlu diperhatikan dalam aktivitas pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip dasar tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan diharapkan memang betul-betul sesuai dengan permintaan (the need) semua pihak, yakni anak didik, orangtua, masyarakat dan bangsa serta Negara.[2] Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi kedalam dua kelompok [3]:
1.      Prinsip-Prinsip Umum
            Adalah prinsip prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
            Prinsip ini terbagi beberapa bagian yaitu prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efesiensi, prinsip kesinambungan, dan prinsip fleksibilitas.
a.      Prinsip Relevansi
Dalam Oxfort Advanced Dictionary of Current English kata relevansi atau relevant mempunyai arti (closely) connected with what is happening, yakni mempunyai arti kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka perlunya kesesuaian (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat ( the needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi seseorang. Soetopo dan soemanto serta subandijah mengungkapkan prinsip relevansi sebagai berikut[4]:

-          Petama: relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik ini memiliki arti bahwa dalam pengembangan kurikulum termasuk dalam menentukan bahan pengajaran (subject matters) hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata anak didik . Sistem pendidikan yng dijalankan diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan kepada anak untuk bergaul dengan lingkungan nya. Pemilihan bahan pengajran hendaknya juga mempertimbangkan sejauh mana bahan tersebut berkaitan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari dilingkungan anak.

-          Kedua: relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Materi atau bahan yang diajarkan dengan anak didik hendaklah memberikan manfaat untuk persiapan masa depan anak didik. Karenanya, keberadaan kurikulum disini bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi, kedepan secara tajam dan dengan perhitungan. Diharapkan system pendidikan yang dijalankan dapat meramalkan tentang bagaimana  kira-kira corak kebutuhan masyarakat pada masa yang akan datang itu.


-          Ketiga: merupakan relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Anak didik ,ia mengharapkan sekali agar dapat mandiri, memiliki sumber daya ekonomi yang pantas,dengan modal ilmu pengetahuannya dari bangku sekolah karenanya kurikulum dan proses pendidikan tersebut sedapat mungkin dapat diorientasikan kedunia kerja, tentunya menurut jenis pendidikan, sehingga nantinya pengetahuan teoritik dari bangku sekolah dapat diaplikasikan dengan baik dalam dunia kerja.

-          Keempat: relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pendidikan telah membuat maju pula dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu: relevan ke luar maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri maksudnya ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b.      Prinsip Efektivitas
Prinsip efektifitas yang dimaksudkan adalah sejauhmana perencanaan kurikulum dapat
dicapai sesuai dengan keinginan. Keberhasilan suatu kurikulum tetap harus diperhatikan walaupun murah dan sederhana. Pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dari perencanaan pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.  Efektifitas dalam proses pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yakni:
a.       Efektifitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauhmana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
b.      Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauhmana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang diinginkan
            Efektivitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan adalah keseimbangan factor pendidik dengan anak didik. Dengan pengembangan kurikulum, kedua hal tersebut harus di pertimbangkan, bagaimana dan usaha apa yang dapat di tempuh untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar anak murid. Untuk guru misalnya, dapat meningkatkan melalui penataran-penataran, peningkatan kemampuan belajar, pemilihan metode pengajaran yang tepat, penyediaan dan penggunaan media pengajaran dan sebagainya.
c.       Prinsip Efisiensi
Terciptanya efisiensi proses belajar mengajar, apabila usaha, biaya, waktu , dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dengan pertimbangan yang rasional dan wajar. Prinsip ini bisa disebut praktis karena mudah dilaksanakan. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah adanya persyaratan jumlah minimal siswa pada suatu sekolah. Berdasarkan jumlah siswa yang ada dapat ditentukan berapa orang guru yang diperlukan. Adanya kekurangan atau kelebihan tenaga guru pada suatu sekolah akan mengurangi tingkat efisiensi dan efektivitas pendidikan juga pembiayaan. Idealnya antara output atau hasil yang dicapai (lulusan sekolah) lebih besar daripada input yang berupa penyediaan dana, tenaga dan waktu.

                                                                                                           
d.      Prinsip Kesinambungan( kontinyuitas)
Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukan saling berkaitannya tingkat pendidikan, jenis program pendidikan dengan bidang studi.
 Dalam perkembangan dan proses belajar mengajar berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

e.       Prinsip Fleksibilitas
Yaitu ada semacam ruang gerak yang memberikan adanya kebebasan dalam bertindak atau mengambil kegiatan yang akan dilaksanakan. Fleksibilitas yang dimaksud yaitu:
a.       Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan
b.      Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran
Pada prinsip ini, kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, disini dan ditempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam hal pelaksanaan nya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
2.      Prinsip-Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum tersebut pada dasarnya berintikan lima aspek utama yaitu :
a.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan tujuan pendidikan[5]
b.      Prinsip berkenaan dengan  pemilihan isi pendidikan
c.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
d.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
e.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran
Interelasi antara kelima aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum.
   Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
  2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
  3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
  6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
  7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.[6]






BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensip didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Ada beberapa prinsip pengembangan kurikulum dan dibagi kedalam dua kelompok  yaitu:
1.Prinsip  prinsip umum
2. Prinsip-Prinsip Khusus
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Yang jauh lebih penting dalam prinsip diatas adalah perubahan kultural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.





DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih Sukmadinata, Prof. Dr. , Pengembangan Kurikulum, PT. Remaja Rosdakarya , Bandung, 2005
Abdullah Idi, M.Ed, Prof. , Pengembangan Kurikulum, Gaya Media Pratama, Jakarta,1999
Ahmad, Drs. H. M, dkk, Pengembangan kurikulum, Pustaka setia, Bandung, 1998
Oemar Hamalik,Dr. ,  Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995
Akhmad sudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum




[1]  Prpf. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2005, cet 7, hal. 150
[2]  Drs, Abdullah Idi, M Ed, Pengembangan kurikulum, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 1999, cet 1, hal 113
[3]  Prpf. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2005, cet 7, hal. 150-155
[4]  Drs. H. M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: Pustaka Setia), 1998, cet 1, hal. 67-68
[5]  Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), 1995, hal. 30
[6]  Akhmad sudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum










Tidak ada komentar:

Posting Komentar